TATA CARA/ATURAN ETIKA KOMUNIKASI 
TATA CARA/ATURAN ETIKA KOMUNIKASI 
Tugas ke 3 ETIKA&PROFESIONAL TSI
Jelaskan tata cara/aturan etika komunikasi agar tidak kacau sehingga mencapai tujuan yg diharapkan!
Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa 
orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan
 informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada 
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat 
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang 
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan 
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya 
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini 
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Komunikasi disebut juga suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, 
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi 
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua 
belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh 
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan 
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, 
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut 
komunikasi nonverbal.
Etika dalam berkomunikasi
Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus 
menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada 
sebuah teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu 
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan 
perilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3 
tujuan, yaitu:
·         Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan.
·         Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini.
·         Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal 
yang bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral,”sistem 
tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia”.
Dalam berkomunikasi ada etika seperti dalam bahasa inggris, yaitu 5W+1H
1. Who (siapa)
Mengetahui siapa yang diajak bicara, seperti pandangan mata agar kita menghargai lawan bicara.
2. What (apa)
Lawan bicara harus tau apa yang sedang dibicarakan, karena jika tidak 
mengetahui apa yang dibicarakan pasti membuat kita merasa jengkel.
3. Where (dimana)
Berkomunikasi harus tau tempat, jika saja berbicara pendapat tentang 
sesuatu yang tidak disukai, maka bisa saja orang sekitar kita merasa 
tidak suka dengan pendapat kita.
4. When (kapan)
Tidak mudah untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi.
 Misalnya bertamu ke tempat orang yang penting, tidak mungkin kan saat 
shubuh berkumandang??
5. Why (mengapa)
Pertanyaan ini agar fokus dengan tujuan pembicaraan.
6. How (bagaimana)
Cara kita berkomunikasi dengan penyampaian yang jelas. Jika kita salah 
penyampaian, jadi salah juga kita dalam beretika komunikasi.
Etika Komunikasi Antar Pribadi
Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk 
komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi
 benar-salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, 
sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang 
ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. 
Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, 
meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada 
orang lain, menawarkan nilai-nilai yang penting, memperlihatkan 
eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah 
jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian—persoalan etika yang 
potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator. 
Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik 
komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan 
sosial maupun dalam hubungan masyarakat.
Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu-satunya hewan” yang 
secara harfiah dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, 
barangkali esensi tertinggi manusia adalah homo ethicus, manusia adalah 
pembuat penilaian etika. Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan
 etika dalam komunikasi antar pribadi? Jelas, dengan menghindari 
pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada 
berbagai macam pembenaran: (1) setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi
 tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu dibahas; (2) karena yang 
penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah etika 
tidak relevan; (3) penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu 
secara pribadi sehingga tak ada jawaban pasti; dan (4) menilai etika 
orang lain itu menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.
Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”, 
antara yang aktual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara 
apa yang dilakukan setiap orang dengan apa yang menurut kita harus 
dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik antara 
komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut 
tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika. Kita mungkin terlalu 
menekankan pemahaman tentang sifat dan efektivitas teknik, proses dan 
metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika 
tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan 
hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus , memakai 
berbagai macam metode dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan 
hanya penyesuaian khalayak, melainkan maslah etika. Kita boleh merasa 
bahwa tujuan-tujuan etika itu tidak dapat dicapai secara nyata sehingga 
tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai
 etika dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai 
etikanya, akan berbeda-beda tergantung pada standar etika yang mereka 
gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan memilih untuk tidak 
mempertimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang potensial 
tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.
Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak? 
Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya 
komunikator berdasarkan standar etika yang relevan menurut mereka. Jika 
bukan karena alasan lain, selain alasan pragmatik, yakni untuk 
kesempatan meningkatkan kesuksesan , komunikator perlu mempertimbangkan 
kriteria etis para khalayaknya.
Etika Komunikasi Persuasif
Etika komunikasi persuasif adalah seperangkat aturan-aturan dalam 
mempraktekkan komunikasi persuasif agar tidak menjadi propaganda.
Larangan Dalam Komunikasi Persuasif
Dalam prakteknya, saat komunikasi persuasif dilakukan maka komunikator tidak diperkenankan untuk:
Menggunakan data palsu, data yang sengaja dirancang untuk menonjolkan 
kesan tertentu, data yang dengan sengaja diejawantahkan secara salah, 
dibelokkan, atau bukti yang benar tapi tidak ada hubungannya untuk 
mendukung suatu pernyataan atau mengesahkan sesuatu.
Tidak diperkenankan secara sengaja menggunakan alasan yang meragukan atau tidak masuk diakal (tidak logis).
Tidak diperkenankan menyatakan diri sebagai ahli pada subyek tertentu, 
padahal bukan ahlinya. Tidak diperkenankan juga mengaku telah diberi 
informasi oleh ahlinya padahal tidak.
Tidak diperkenankan untuk mengajukan hal-hal yang tidak berkaitan untuk 
mengalihkan perhatian dari isyu yang sedang menjadi perhatian. Di antara
 hal-hal yang paling sering digunakan untuk mengalihkan perhatian adalah
 perilaku sengaja menyerang karakter individu yang menjadi lawannya, 
pembelaan dengan menggunakan kebencian dan (bigotry) sebagai alasan. 
(Innuendo), penggunaan istilah "Tuhan" atau "setan" yang dapat 
menyebabkan/ mengundang keadaan tegang namun tidak mencerminkan reaksi 
positif atau negatif yang sebenarnya.
Tidak diperkenankan untuk meminta kepada target sasaran (pembaca/ 
pemirsa) untuk mengaitkan ide atau proposal yang diajukan dengan 
nilai-nilai yang emosional, motif-motif tertentu, atau tujuan-tujuan 
yang sebenarnya tidak ada kaitannya.
Tidak diperkenankan untuk menipu khalayak dengan menyembunyikan tujuan 
sebenarnya, atau kepentingan pribadi/ kelompok yang diwakilkan, atau 
menggunakan posisi pribadi sebagai penasehat saat memberikan sisi 
pandang tertentu.
Jangan menutup-nutupi, membelokkan, atau sengaja menafsirkan dengan 
salah angka, istilah, jangkauan, intensitas, atau konsekuensi logis yang
 mungkin diakibatkan di masa depan.
Tidak diperkenankan untuk menggunakan pembelaan emosional yang tidak 
disertai bukti, latar belakang, atau alasan yang tidak dapat diterima 
apabila target penerima memiliki kesempatan dan waktu untuk menyelidiki 
subyek tersebut sendiri kemudian menemukan sesuatu yang lain/ 
bertentangan.
Tidak diperkenankan untuk menyederhanakan sebuah situasi yang yang 
sebenarnya kompleks, sehingga terlihat sebagai hitam dan putih saja, 
hanya memiliki dua pilihan atau pandangan, dan (polar views).
Tidak diperkenankan untuk mengaku sebuah kepastian sudah dibuat padahal 
situasinya masih sementara, dan derajat kemungkinan situasi masih dapat 
berubah sebenarnya lebih akurat.
Tidak diperkenankan menganjurkan sesuatu yang kita secara pribadi sebenarnya juga tidak percaya.
Kesimpulan
Pemahaman yang berbeda mengenai nilai-nilai etika yang ada membuat 
setiap orang dapat memiliki penilaian yang berbeda terhadap setia etika 
komunikasi. Dalam komunikasi antar pribadi penggunaan etika haruslah 
berhati-hati karena bukanlah tidak mungkin bahwa pemahaman etika kita 
berbeda dengan komunikan. Kurangnya pemahaman antar sesama dapat 
memunculkan miss communication yang akan berujung pada timbulnya 
berbagai macam prasangka dan salah paham.
Dalam berbagai macam perbedaan tersebut, kita harus mampu beradaptasi 
dengan cepat. Nilai-nilai yang membentuk etika harus kita pahami dengan 
benar karena sebenarnya tidak ada komunikasi yang tidak menggunakan 
nilai-nilai etika di dalamnya, setiap bentuk komunikasi selalu 
menggunakan etika walaupun dalam kadarnya masing-masing sesuai dengan 
konteks, tujuan dan situasi yang ada.
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar